Yang pernah membaca novelnya Dee Lestari berjudul “Madre” pasti tahu jawaban dari pertanyaan,
“Apa itu Madre??”
Madre adalah biang roti yang dibuat seorang artisan ahli roti. Dan biang roti adalah ‘ibu’ dari roti yang akhirnya akan melahirkan roti-roti lainnya. Tapi disini kita tidak akan membahas tentang teknik membuat rotinya atau pun romantika kisahnya. Iyap, karena kita akan membahas tentang teknik industrinya..
***
Pada awalnya, Madre hanya digunakan dalam lingkup ‘artisan’ dalam arti masih skala kecil. Hanya untuk kalangan sendiri. Hingga pada akhirnya, seperti diceritakan dalam novelnya, setelah mendapat penjelasan dari Hadi dan ditambah semangat dari Mei mulailah Tansen, yang mewarisi Madre dari neneknya, membuka kembali usaha roti “Tan de Bakker”. Tansen, yang semula adalah seorang pemuja kebebasan, harus bersedia belajar segala macam teknik untuk mengurusi usaha toko rotinya.
Dari yang mulanya hanya membuat roti untuk skala kecil lalu berkembang menjadi sebuah usaha toko roti modern, tentulah penanganannya tak sama. Dari yang semula belanja resep adonan hanya untuk 1-10 roti, lalu harus menangani belanja resep untuk 100-1000 roti. Dari yang semula hanya bekerja sendiri, lalu harus mencari dan mengelola beberapa orang untuk membantu usahanya. Dari, yang awalnya sederhana, sesederhana membuat roti untuk diri sendiri menjadi lebih kompleks, sekompleks menyediakan roti untuk banyak orang dengan tetap menjamin kualitas, harga, dan keuntungannya. Disanalah tantangan manajemennya.
“Bagaimana agar usaha berskala industri bisa dikelola secara lebih efektif dan efisien??”
***
Begitulah, alasan adanya teknik industri yang bisa diambil dari kisah Madre. Jika ingin tahu sejarah asli munculnya teknik industri, baca aja bukunya Turner “Introduction to Industrial System Engineering“.
Dan, setelah membaca bukunya Turner dan buku Madre jangan lupa jawab pertanyaan ini,
“Bagaimana dua kata ‘Teknik’ dan ‘Industri'” bisa bergabung menjadi satu penamaan ‘Teknik Industri’?”
🙂 Salam, TI ITTP 🙂
